Pages

Thursday, February 13, 2014

CONTOH PRILAKU PENYIMPANGAAN SOSIAL


Pesta Minuman Keras Cukrik Tewaskan Tiga Pemuda di Sidoarjo


http://images.detik.com/content/2013/11/26/475/fotoambulansd.jpg
Sidoarjo - Pesta minuman keras (Miras) jenis cukrik kembali memakan korban. Kali ini tiga pemuda warga Desa Balongbendo Sidoarjo, tewas setelah mendapat perawatan di RS Anwar Medika Krian.

Pesta miras itu dilakukan sejak Sabtu (23/11) hingga Minggu (24/11) pagi di pingiran desa di bawah pohon bambu. Mereka yakni Heri Susanto (25), Suwandi Purwanto (20), Mamat (35) dan Nanang (20) warga Desa Wates Sari, Balongbendo.

Namun satu per satu tewas dan hanya Nanang yang masih dirawat di RS Anwar Medika. Sedangkan Heri Susanto dimakamkan Senin (25/11) pagi setelah dibawa ke rumah sakit karena mengeluh dadanya panas. Menyusul Suwandi tewas pukul 16.00 WIB Senin sore dan Mamat menghembuskan nafas terakhir semalam pukul 22.40 WIB.  Orangtua Suwandi, Asseri (48) mengaku anaknya sempat mengeluh dadanya terasa panas. "Dodoku panas ayo cepat ke rumah sakit pak (Dada saya panas, cepet ke rumah sakit pak)," kata Suwandi menirukan anaknya saat itu kepada detikcom di RS Pusdik Porong, Selasa (26/11/2013).

Rupanya dalam perjalanan dibawa ke RS Anwar Medika, nyawa anaknya tidak tertolong dan dibawa ke RS PUsdik Porong.  "Nyawa anak saya tidak terselamatkan, tapi jenazahnya dibawa e RS Pusdik Porong. Saya sudah menerima permasalahan ini dan tidak akan nuntut apapun," terangnya.

Sementara Kapolsek Balongbendo Sidoarjo Kompol Slamet Sugiarto membenarkan pesta miras yang menewaskan 3 orang. "Semua korban tewas kita bawa ke RS Pusdik Porong untuk menjalani otopsi. Diduga mereka terlalu banyak minum," kata Kompol Slamet saat dihubungi detikcom.

TAWURAN ANTAR PELAJAR

Tawuran pelajar saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat. Prilaku tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cedera tapi sudah merenggut ratusan nyawa melayang sia-sia selama sepuluh tahun terakhir.

Beberapa tahun lalu beberapa siswa dari sebuah sekolah swasta ditangkap polisi karena membacok siswa SMK 5 Semarang. Mereka terancam dikeluarkan dari sekolah dan dihukum penjara. Wali Kota Sukawi Sutarip mendukung bila sekolah mengeluarkan siswa yang terlibat tawuran. Bahkan ia mengatakan, semua sekolah di Semarang tidak boleh menerima siswa itu lagi. Akankah tindakan represif semacam itu akan menyelesaikan masalah?

Maraknya tawuran pelajar dipicu oleh banyak faktor. Pada tingkat mikro, rendahnya kualitas pribadi dan sosial siswa mendorong mereka berprilaku yang tidak pronorma. Pada tingkat messo, buruknya kualitas dan manajemen pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang dilampiaskan pada tindakan negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan pengangguran, kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan tinggi bagi terbentuknya masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk hidup layak. Pembahasan pada artikel ini dibatasi pada bidang pendidikan.
Sekolah sebagai “Pembunuh” Siswa

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc1dxMvpdrPS5zpCPHEI_giHnTPfOsNeZHEDn5ajtMOps2_NZU4zh1yVfsg-s-vMhaTdbCJG_T0uuFXpI1XrOLNZWhD3U_m43RIR4rTk0cAOQv_N375AN9YgBEy56Vgzag2TfyCiccmXs/s320/P.bmp



PERJUDIAN

vvvvvv.jpeg
Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang.. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.
Undian dapat dipandang sebagai perjudian dimana aturan mainnya adalah dengan cara menentukan suatu keputusan dengan pemilihan acak. Undian biasanya diadakan untuk menentukan pemenang suatu hadiah.
Contohnya adalah undian di mana peserta harus membeli sepotong tiket yang diberi nomor. Nomor tiket-tiket ini lantas secara acak ditarik dan nomor yang ditarik adalah nomor pemenang. Pemegang tiket dengan nomor pemenang ini berhak atas hadiah tertentu.



Narkotika Senilai 3 Miliar Dimusnahkan


suarasurabaya.net - Pemusnahan narkotika jenis sabu-sabu dan ganja senilai Rp.3 miliar hasil tangkapan Ditresnarkoba Polda Jatim digelar di Mapolda Jawa Timur, Selasa (26/11/2013).

http://www.suarasurabaya.net/_watermark/createimage_medium.php?d=kk&c=berita&b=201311&a=127554&angka=1Kombes Pol Drs. Andi Loedianto Dirnarkoba Polda Jawa Timur pada wartawan mengatakan, barang bukti yang dimusnahkan yakni sabu seberat 2.042 gram dan ganja seberat 10 kg.

"Barang bukti narkotika jenis sabu dan ganja yang dimusnahkan merupakan hasil tangkapan di Juanda yang juga bekerjasama dengan bea dan cukai Juanda," kata dia.

Kombes Pol Andi menjelaskan, barang bukti yang dimusnahkan yakni berasal dari tersangka Sujarwo dengan sabu seberat 1.037 gram, Yang Liu dengan sabu seberat 1.005 kilogram dan Muhammad Faqih dengan sabu seberat 2.042 gram serta ganja 10 kilogram.

Pemusnahan barang bukti narkotika ini juga dihadiri oleh BNNP Jatim, bea cukai Juanda, Kejaksaan Tinggi, Pengadilan Negeri Surabaya dan BPPOM. (dwi/rst)

Teks Foto :
- Pemusnahan barang bukti narkotika di Mapolda Jatim dan tersangka.
Foto : Dwi suarasurabaya.net



Perilaku Seks Bebas di Jateng Meningkat

Perilaku Seks Bebas di Jateng Meningkat
TRIBUNJOGJA.COM< SEMARANG  – Perilaku hubungan seksual di luar nikah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal itu dikatakan oleh Kasubdit Bina Ketahanan Remaja BKKBN Jateng, Aan Supardan. Bahkan ia mengatakan, jumlahnya meningkat hingga tujuh kali lipat dibanding 2008.
"Itu hasil survei terakhir pada 2012 lalu. Perempuan meningkat tiga kali lipat," katanya di kantornya, Kamis (14/11/2013).
Ia melanjutkan, kategori umur 18 tahun hingga 20 tahun sudah melakukan hubungan di luar nikah. Bahkan data terakhir menunjukkan remaja usia 15 tahun hingga 19 tahun juga pernah merasakan hubungan seksual di luar nikah.
Sementara Kepala BKKBN Jawa Tengah mengatakan, data yang dimilikinya bahkan jauh lebih mengejutkan. Data dari satu kabupaten di Jawa Tengah menyebut dari 70 pernikahan dalam setahun, 37 di antaranya karena hamil di luar nikah. Tidak hanya itu, tingkat kelahiran di Jateng juga meningkat.
Upaya pencegahan satu di antaranya dengan membentuk kader atau sukarelawan. Hari ini, BKKBN membentuk Simpul Jaringan Muda Forum Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera Dan Kependudukan (SIJAR FAPSEDU) Provinsi Jawa Tengah. Pemuda lintas agama menjadi ujung tombak pencegahan dari sisi moral.
"Kepengurusan tersebut adalah gabungan dari Islam (Muhammadiyah,NU), Hindu, Budha, Kristen, Katolik, Khonghucu," kata wakil ketua Sijar Fapsedu, Jumai.
Ia menyebut, kepengurusan mengakomodir dari enam perwakilan agama. Latar belakang para tokoh agama merasa prihatin atas kondisi masyarakat di mana masalah kependudukan menjadi problem utama. (*)

No comments:

Post a Comment