A. Pengertian Administrasi Pendidikan
Drs.M.Ngalim Purwanto Administrasi Pendidikan ialah segenap proses pengarahan
dan penintegrasian segala sesuatu baik personal, spiritual dan material yang
bdersangkut paut dengan tercapainya tujuan pendidikan.
Depdiknas RI Administrasi pendidikan adalah suatu proses kseleruhan kegiatan
bersama dalam dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoorcdinasiaan, pengawasan, pembiyaan dan pelaporan dengan
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersdia, baik oersonal, material
maupun sepritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif.
Sedangkan menurut pendapat para ahli yang lainnya Adminitrasi pendidikan adalah
suatu cara bekerja dengan orang –orang dalam rangka usaha mencapai tujuan
pendidikan yang efektif, yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.atau administrasi pendidikan
adalah semua kegiatan sekolah yang meliputi usaha-usaha besar seperti perumusan
polis,pengarahan usaha, koordinasi,konsultasi, korespondensi,control dan
seterusnya, sampai kepada usaha-usaha kecil dan sederhana seperti menjaga
sekolah, menyapu halaman dan lain sebagainya .
Dengan beberapa pengertian tersebut di atas, mka perlu ditegaskan disini
sebagai berikut;
a.
Bahwa seluruh administrasi pendidikan itu merupakan
proses keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh
semua pihak yang ada sangkut pautnya dengan tugas-tugas pendidikan.
b.
Bahwa administrasi pendidikan itu mencakup
kegiatan-kegiatan yang luas yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,pengarahan
dan pengawasan, khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah.
c.
Bahwa administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar
kegiatan tata usaha seperti dilakukan di kantor-kantor, inspeksi pendidikan
lainnya
B. Sekolah Sebagai Sistem Sosial
Sekolah
merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya individu yang
berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak
bisa lepas dari kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya.
Persimpangan terbuka antara sebuah sekolah dan lingkungan eksternal,
nilai-nilai komunitas dan keyakinan berdampak pada bagaimana budaya sekolah
berkembang. Sistem penggabungan budaya sistem sosial sangat penting, karena
mempengaruhi berbagai reaksi, kegiatan, dan perilaku.
Sekolah
terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang
yang berada di sekolah memiliki peran yang harus dijalankan supaya sistem
interksi tersebut tetap terjaga. Peran yang dapat diidentifikasi di sekolah
adalah guru, siswa, kepala sekolah, staf TU, laboran, pustakawan, penjaga
sekolah, satpam sekolah.
Pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari sistem sosial, karena ia merupakan produk yang
lahir dan tumbuh dalam masyarakat pembangunannya. Pendidikan merupakan gambaran
kemajuan dari suatu masyarakat. Pendidikan yang maju, hanya hidup dan dimiliki
oleh masyarakat yang berpikiran maju, dan hanya masyarakat yang berpikiran maju
yang menghargai pendidikan. Pendidikan dan masyarakat merupakan satu kesatuan
yang saling menetukan status.
Sebagai
sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi dari komponen – komponen sosial
integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah yang bergantung antara
satu sama lain.
Sekolah
mempunyai dua aspek penting yaitu aspek individu dan aspek sosial. Di satu pihak,
pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang
memungkinkan perkembangan secara optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal
dituntut untuk dapat merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat.
Selanjutnya sekolah memberikan informasi dan penjelasan kepada peserta didik
terhadap ontologis suatu peristiwa.
Gunawan
dalam Muhyi Batubara mengatakan, manusia sebagai pribadi tidak dapat hidup dan
menghayati eksistensinya secara wajar kecuali hidup bersama dengan sesamanya.
Mereka satu sama lain saling membutuhkan, sebab pada hakekatnya manusia adalah
mahluk sosial (Gunawan, 2004).
Masyarakat
terbangun dari individu – individu yang saling berinteraksi. Hubungan interaksi
antara individu melahirkan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, salah satu diantaranya adalah kebutuhan akan pendidikan.
Selama ini
dirasakan adanya kesenjangan antara pengalaman sekolah dengan yang ada di
masyarakat. Kesenjangan ini merupakan tantangan bagi sekolah sebagai lembaga
pendidikan foramal, sejauh mana sekolah merespon tantangan kesenjangan ini,
adalah merupakan standar kualitas suatu lembaga pendidikan. Ada dua cara dalam
menentukan kualitas sekolah.
1.
Sejauh mana sekolah dapat memenuhi kebutuhan pasar dan
tuntutan masyarakat.
2.
Standar formal berupa undang-udang, yaitu UU no 19
tahun 2003 tentang peningkatan mutu pendidikan nasional
Menurut
Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Muhyi Batubara bahwa ukuran keberhasilan
pendidikan adalah:
a.
Perlu menyadari bahwa proses pendidikan itu memerlukan
tenggang waktu (load time) yang cukup lama
b.
Dalam proses pendidikan itu berlaku prinsip
irrevisibility, dimana terhadap setiap kesalahan dalam perencanaan dan
pelaksanaan yang kita lakukan tidak dapat kita ulangi kembali.
c.
Tantangan yang kita hadapi di masa depan cenderung
berkembang semakin kompleks dengan ditandai semakin cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin terbuka.
d.
Kita dituntut untuk pandai menyusun perencanaan
pembangunan pendidikan secara akurat, sehingga mempu mengantisipasi tantangan
dan permasalahan yang terjadi di masa yang akan datang.
C. Sekolah dan Lingkungan Eksternalnya
Sekolah
merupakan tempat siswa dapat belajar. Pada definisi tersebut terdapat frase
dapat belajar karena tidak tiap siswa yang berada di sekolah dapat belajar.
Dalam arti belajar dengan atau tanpa bimbingan guru. Sekolah yang efektif
adalah yang memiliki kepala sekolah dan guru yang dapat memfasilitasi siswa
belajar.
Sekolah yang
mampu menciptakan suasana belajar dan mengelola proses belajar sehingga
mencapai target yang diharapkan. Sekolah efektif adalah sekolah yang mampu
merencanakan indikator mutu dengan target yang realistis, sekolah yang mampu
mengontrol atau lebih tinggi lagi menjamin bahwa apa yang direncanakannya dapat
diwujudkan secara nyata.
Sekolah
efektif adalah sekolah yang mampu meningkatkan penguasaan ilmu dan keterampilan
guru agar dapat membantu siswa belajar bagaimana seharusnya belajar.
Meningkatkan kemampuan guru mengembangkan kemandirian siswa belajar, melakukan
eksplorasi-elaborasi-dan konfirmasi dalam penguasaan informasi, menerapkan
pengetahuan dalam berbagai produk belajar yang nyata dapat ditunjukkan dalam
bentuk lisan, gerak, maupun tulisan.
Sekolah yang
efektif mampu membangkitkan semangat guru dan siswa untuk berkolaborasi pada
lingkungan internal maupun global dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang
tersedia. Salah satu tanda sekolah efektif adalah merayakan pencapaian mutu
dengan memberikan penghargaan kepada siswa atau pihak sekolah yang
bersangkutan. Kecerdasan sekolah dikembangkan dengan dilandasi kemampuan
berpikir pada sistem terbuka. Kota kita adalah ruang belajar siswa, atap kota
kita adalah langit cyber.
Dalam sistem
kelembagaan modern dikenal istilah organisasi virtual. Tak perlu punya apa-apa,
namun yang paling penting dapat menggunakan apa-apa. Contoh organisasi virtual
yang popular adalah semacam biro perjalanan. Lembaga itu tidak punya bus,
kereta api, kapal pesiar, hotel, restoran, juga pesawat terbang. Biro
perjalanan itu hanya memiliki kompetensi untuk membangun jaringan yang dapat
mengintegrasikan seluruh potensi yang dimiliki orang lain untuk kepuasan
pelanggannya dan sebuah ruang kecil sewaan yang diintegrasikan pada jaringan
internet.
Dalam sistem
sekolah kita sangat paham dengan ruang belajar atau kelas. Dalam konsep modern,
kelas disebut small classrooom, dindingnya dapat dinaikan dengan jaringan
internet sehingga menjadi world classroom. Di tengahnya ada istilah giant
classroom atau kelas besar kalau bukan kelas raksasa. Istilah yang terakhir
khawatir diasosiasikan sebagai tempat para raksasa belajar.
Giant
classroom adalah sistem di mana sekolah mengintegrasikan seluruh komponen
sistem pendukung yang ada di lingkungan sekolah, bisa dalam satu kota menjadi
bagian dari sistem kelas yang terbuka. Guru tidak membatasi pikirannya dengan
asumsi bahwa kelas hanya sebatas dinding. Dalam kegiatan belajar siswa dapat
diintegrasikan pada lingkungan secara dinamis, moving, dengan memanfaatkan
seluruh potensi yang ada melalui peningkatan mutu pelayanan belajar dengan
sistem terbuka. “Tak perlu punya, yang penting dapat menggunakannya”. Konsep
ini telah banyak digunakan oleh guru olah raga, meminjam lapangan sepak bola ke
pihak ketiga, menggunakan jalan raya untuk berlari atau menggunakan bukit untuk
senam. Namun demikian model pengembangan sistem pembelajaran biasanya tidak
berbeda dengan guru lain yang menggunakan pendekatan sistem tertutup, dimana
sekolah berarti masuk pada lingkungan kecil dengan luas yang terbatas.
Sekolah yang
efektif pada saat ini menunjukkan indikator kinerja yang dapat memberdayakan
lingkungan internal dan eksternalnya secara optimal. Konsep ini digariskan
secara tegas pada sistem manajemen strategik. Analisis yang mendukung adalah
model analisis SWOT yang menempatkan sekolah dalam peta keterkaitannya pada
lingkungan dalam dan luar sekolah.
Berdasarkan
pengamatan dalam melakukan pembinaan terhadap sekolah, dapat disimpulkan bahwa
ada dua masalah utama yang menghambat sekolah dalam meningkatkan kinerjanya
untuk memanfaatkan sumber daya internal dan eksternal secara optimal untuk
meningkatkan kinerja belajar siswa.
Pertama,
dalam sistem perencanaan sekolah, orientasi program lebih fokus pada sumber
daya internal. Bahkan pada beberapa sekolah ternyata memperlihatkan program
peningkatan mutu sarana yang lebih fokus pada pengadaan, pembangunan, dan
pemanfaatan yang ada di sekolah. Hal ini sangat erat kaitannya dengan bagaimana
sekolah mempersepsi-kan sumber daya yang melekat pada kebiasaan berpikir bahwa
kita lebih mudah dan lebih tenang jika kita menggunakan milik sendiri. Model
berpikir dengan sistem terbuka masih sulit untuk dikembangkan.
Kedua, pada
beberapa sekolah sekolah papan tengah ke bawah selalu mempersepsikan bahwa
siswanya kurang berpotensi. Akibat dari persepsi pendidik bahwa kecerdasan
siswanya lebih rendah daripada siswa di sekolah favorit. Asumsi seperti ini
menyebabkan guru maupun pengelola sekolah menetapkan target mutu yang rendah.
Pada kasus
di beberapa sekolah menunjukkan bahwa keberanian untuk menetapkan target
pembinaan siswa menjadi juara dalam ujian nasional maupun lomba cenderung lebih
rendah karena setting pikirannya selalu dilandasi dengan persepsi siswanya
berkompetensi rendah. Sebaliknya pada sekolah-sekolah papan atas selalu
memandang siswanya memiliki kemampuan lebih. Dampak persepsi ini tampak dalam
penentuan strategi pembinaan siswa yang menjadi sangat berbeda. Di sekolah
seperti ini siswa mendapat kepercayaan dan dukungan keyakinan bahwa mereka
dapat menjadi yang terbaik sementara di sekolah papan bawah mereka mendapatkan
pemakluman sejak awal kalau mereka hanya akan jadi pecundang.
Fenomena ini
menunjukkan betapa pentingnya persepsi positif bagi seluruh warga sekolah dalam
memandang seluruh sumber daya yang melekat pada SDM serta saran dan prasarana
sekolah. Keterbatasan dalam kepemilikan bukanlah suatu penghalang karena dapat
diatasi dengan pengorganisasian secara virtual. Optimisme sangat diperlukan
dalam mengembangkan keyakinan bahwa mereka bisa meraih prestasi dengan belajar
dan berjuang keras.
D. Birokrasi di sekolah
1. Pengertian
Birokrasi
BIROKRASI,
berasal dari kata BUREAUCRACY (bahasa inggris bureau+cracy),
diartikan sebagai suatu
organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih
banyak orang berada ditingkat bawah daripada tingkat atas, biasanya ditemui
pada instansi yang sifatnya administrative maupun militer.
2. Berbagai
definisi birokrat
Dalam kamus bahasa Indonesia,
birokrasi didefinisikan sebagai:
a) Sistem
pemerintah yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada
hirarki dan jenjang jabatan
b) Cara
bekerja atau susunan pekerjaan yang lamban, serta menurut tata aturan (adat dan
sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya
c) Pemerintahan
yang dijalankan oleh pegawai yang tidak dipilih oleh rakyat
d) Cara
pemerintahan yang dikuasai oleh pegawai negeri.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa birokrasi selalu identik dengan pegawai negeri yang kerjannya
lamban, bertele-tele dan berliku-liku dalam memberikan layanan.
Dalam
dunia pendidikan, sebuah organisasi
sangat diperlukan dalam rangka memperlancar fungsi dan proses pendidikan. Dalam
menjalankan fungsi organisasi pendidikan tidaklah dapat dipisahkan dengan
birokrasi. Pada dasarnya, birokrasi ini hakikatnya adalahsalah satu perangkat
yang fungsinya untuk memudahkan pelayanan public. Birokrasi digunakan untuk
dapat membantu mempermudah dalam memberikan pelayanan pendidikan yang pasti
akan mempengaruhi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Namun
terdapat gejala atau fakta yang menunjukkan bahwa birokrasi tidak mampu
memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan pendidikan. Hal ini dapat
dilihat dari fakta-fakta berikut;
1.
Adanya keterlambatan dalam mensosialisasikan tentang
perubahan kurikulum;
2.
Menurut laporan banyak pungutan liar pada instutusi
pendidikanyang bermula dari birokrasi yang salah;
3.
Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara birokratik
sentralistik;
4.
Pembayaran tunjangan guru yang lamban dikarenakan
rumitnya birokrasi;
5.
Keterlambatan penerbitan ijazah SD s/d SLTA disinyalir
karena birokrasi yang lamban;
6.
Menurut penelitian ditemukan bahwa birokrasi
pendidikan ternyata mengidap patologis yang tingkat keparahannya cukup
memprihatinkan.paling tidak dalam penelitian tersebut ditemukan empat jenis:
a.
Rigiditas pelayanan
b.
Pungutan birokrasi
c.
Formalitas aktivitas birokrasi, dan
d.
Sikap instruktif aparat.
7.
Mentalitas birokrasi yang dilumuri KKN rupanya masih
melekat dimatapublik setiap kali berhadapan dengan aparatur pemerintah dan cara
kerja mereka yang lambatdan berbelit-belit serta berbiaya yang tinggi. Anggapan
negatif menemukan aktualisasinya pada keefektifan dan ketidakefisienan mereka
dalam melayani masyarakat
E. Profesionalitas di sekolah
Profesionalitas
berasal dari bahasa Inggris, yaitu professional yang berarti ahli.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesionalitas berarti kemampuan
untuk bertindak secara profesional.
Jadi
profesionalitas di sekolah berarti suatu bidang pekerjaan yang ada disekolah
yang dilandasi pada keahlian sehingga segala kegiatan yang telah diatur dapat terlaksana
dengan baik dengan apa yang telah diharapkan.
Di
dalam suatu sekolah hanya terdapat kegiatan-kegiatan, baik yang bersifat
materi, personal, perencanaan, kerjasama, kepemimpinan, kurikulum dan
sebagainya sehingga menciptakan suasana yang memungkinkan terselenggaranya
kondisi-kondisi belajar mengajar yang baik sehingga tercipta tujuan pendidikan.
Untuk
menciptakan pekerjaan yang demikian kompleks dan banyak, maka diperlukan
orang-orang yang ahli atau profesional serta mempunyai pengetahuan yang luas
terhadap pelaksanaan dan tujuan sekolah. Dan untuk melaksanakan rencana atau
program yang telah direncanakan dengan baik, maka dituntut akan adanya keahlian
atau profesional dalam organisasi dan oordinasi yang baik dan teratur, serta
adanya komunikasi yang lancar dan jelas, pengawasan yang konsekuen dan adanya
penilaian atau evaluasi untuk menilai mana yang telah berhasil dan dapat
berjalan lancar dan hal manasaja yang mengalami kesukaran yang perlu
diperbaiki.
Tugas-tugas yang harus dilakukan
1.
Membuat perencanaan
Salah
satu fungsi utama dan pertama yang menjadi tanggung jawab seorang yang
profesional adalah membuat atau menyusun perencanaan. Perencanaan merupakan hal
yang mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan yang
akan dijalankan, baik itu dilakukan oleh perorangan atau pun dilakukan
perkelompok.
Tanpa
ada perencanaan yang matang, maka dalam pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan akan mengalami kesulitan dan bahkan yang lebih buruk lagia adalah
terjadinya kegagalan.
2.
Menyusun organisasi
Organisasi
merupakan fungsi administrasi dan manajemen yang penting disamping perencanaan.
Disamping sebagai alat, organisasi dipandang pula sebagai wadah yang merupakan
tempat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
Dan
jika dipandang sebagai proses, maka organsasi merupakan suatu kegiatan-kagiatan
atau menyusun dan menetapkan hubungan-hubungan kerja antarpersonel.
3.
Kordinator
Kegunaan
dari adanya koordinator ini ialah supaya dapat menghindarkan kemungkinan
terjadinya persaingan yang tidak sehat antarppersone yang ada di sekolah. Maka
dari itu dengan adanya pengkoordinasi yang baik maka akan memungkinkan semua
bagian dapat saling bekerjasama atau saling membantu kerah yang telah
ditentukan agar tercapai apa yang telah direncanakan.
Syarat-syarat untuk menjadi profesional di sekolah:
a.
Mampu memahami pengertian dari administrasi dan
supervisi pendidikan. Hal ini merupakan hal yang mesti diketahui lebih dulu,
sebelum seseorang melaksanakan tugasnya. Setelah itu, mampu memahami dari
tujuan dan ruang lingkup dalam administrasi pendidikan.
b.
Mampu memahami fungsi-fungsi pokok dalam administrasi
pendidikan di sekolah. Fungsi-fungsi pokok tersebut saling bertalian antara
satu dengan yang lainnya yang meliputi perencanaan, koordinasi, pengawasan atau
supervisi serta penilaian dari proses di dalam melaksanakan organisasi untuk
mencapai hasil yang diinginkan bersama.
c.
Mampu memahami aspek dan dinamika administrasi
pendidikan.
d.
Setelah mampu memahami pengertian dan superisi serta
memahami tujuan serta ruang lingkupnya, dan memahami fungsi, aspek dan dinamika
di dalam administrasi, maka seorang yang profesional akan mampu terampil
menerapkannya dalam administrasi pendidikan disekolah.
Sifat-sifat yang harus dipenuhi untuk menjadi
professional
Untuk
menjadi profesional diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Dan syarat-syarat
tersebut yang harus dimiliki, menurut Prof. Dr. A. Abdurrahman yaitu:
a.
Adil
b.
Suka melindungi
c.
Penuh inisiatif
d.
Mempunyai kepercayaan diri yang kuat.
F. Pengertian Motivasi
Motivasi
sangat penting dalam meningkatkan kinerja seseorang, karena kinerja seseorang
tergantung dari motivasi, kemampuan, dan lingkungannya. Motivasi seseorang
ditentukan oleh intensitas motifnya. Dalam hal memotivasi bawahan, seorang
manajer berhadapan dengan dua hal yang mempengaruhi orang dalam bekerja, yaitu kemampuan
dan kemauan. Kemauan dapat diatasi dengan pemberian motivasi, sedangkan
kemampuan dapat diatasi dengan mengadakan diklat. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kinerja manusia yang tampak dipengaruhi oleh fungsi motivasi
dan kemampuannya.
Motivasi
adalah upaya membangkitkan keinginan seseorang atau kelompok sehingga ia atau
mereka melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki untuk memcapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Peran
Motivasi dalam Administrasi di Sekolah
Sejalan
dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada
guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran,
salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator.
Dalam
perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori
tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan
dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya
dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau
kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus
diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain
untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana,
mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku
individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu
itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.
Terlepas
dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut,
dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan
beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar
siswa.
1.
Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
2.
Membangkitkan minat siswa.
3.
Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
4.
Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan
siswa.
5.
Berikan penilaian.
6.
Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
7.
Ciptakan persaingan dan kerja sama.
Di samping
beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya
motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya
negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang
sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa
digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan
membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan
siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif,
sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindar.